Emosi Dan Hawa Napsu Adalah Sumbu Dari Terjadinya Kekerasan Pada Anak

By | 30 October 2021

Penting sekali untuk kita mengontrol diri kita, emosi kita. Apalagi saat kita mulai menjadi orang tua. Memiliki anak. Penting sekali untuk mengontrol emosi, bukan hanya untuk diri anda tapi untuk kebaikan orang sekitar anda. Banyak sekali anak-anak yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga atau bahkan menjadi korban kekerasa seksual dari orang tua atau anggota keluarga lainnya. Dan ini adalah fakta yang sudah banyak terjadi.

Emosi Dan Hawa Napsu Adalah Sumbu Dari Terjadinya Kekerasan Pada Anak

Sebelum ini terjadi di lingkunganmu, di keluargamu, sebaiknya dari diri sendiri mulai memperbaiki apa yang harus di perbaiki. Jika diperhatikan sumber atau sebab dari mulai munculnya para pelaku kekerasan dari mereka saat kecil juga mengalami hal yang sama. Pernah mengalami KDRT atau kekerasan seksual. Sehingga itu menyimpan dendam, kepahitan, trauma, sakit, luka yang tumbuh bersama anak itu. Dan karena tidak mendapatkan arahan atau tidak di sembuhkan rasa sakit itu. Sehingga berdampak saat dia tumbuh dewasa.

Sehingga saat dia dewsa dia malah menjadi pelaku dari tindak kekerasan seksual atau KDRT. Semua pasti ada api sebelum ada asap. Jadi bukan hanya api yang kita padamkan, tapi apa yang bisa memicu api itu tercipta, harus kita jaga. Dan jika di telusuri pada akhirnya itu berawal dari KDRT yang terjadi pada anak. Orang tua marah, entah ada masalah dengan pasangan, kerjaan, dan dilampiaskan pada anak. Sehingga saat anak melakukan kesalahan kecil, amarahnya langsung naik, dan memukul dan menghakimi anak.

Hanya karena emosii yang tidak bisa dikontrol, hanya dari hawa napsu yang tidak bisa di kontrol, sehingga tidak bisa berpikir jernih dan berpikir panjang. Langsung menjadikan anak sebagai objek untuk melampiaskan itu semua. Dan ini yang harus di ubah. Jika kita belum bisa mengontrol emosi, belum bisa mengontrol diri kita, belum bisa bertanggung jawab akan tumbuh kembang anak, ya jangan memaksakan untuk memiliki dan mengurus anak. Jika pada akhirnya anak hanya akan menjadi korban dari amarahmu dan kekesalanmu. Dan anda malah secara tidak langsung membesarkan anak yang memiliki kemungkinan besar menjadi pelaku dari kekerasan berikutnya.